Bagaimana engkau menilai hidupmu

Senin, 13 Februari 2012

Suatu pagi dipantai jompo, empat orang penghuninya terlibat dalam sebuah obrolan, dialah Bapak Farhan, Bapak Toni, Ibu Dewi dan Ibu Tina.

Minggu Depan ini saya akan jalan-jalan gratis ke Singapore, ujar Pak Farhan memulai obrolan. Kemudian sambil tersenyum Pak Toni menimpali, ah mana ada jaman sekarang jalan-jalan ke Singapore gratis. Kalau liburan ke Singapore sih saya percaya, tapi kalo gratis, mana ada? Disambut senyuman oleh Pak Toni, Ibu Dewi Ibu Tina.

Pak Farhan pun menjawab, saya ini betapa puas dengan hidup saya, punya anak laki-laki satu-satunya yang sudah hidup mandiri, tiap hari sibuk keliling dunia dengan pesawatnya. Anak saya itu pilot yang hebat, makanya minggu depan kami sekeluarga mendapat liburan gratis ke Singapore sebagai hadiah dari perusahaannya. Lihat nih, saya baru saja mendapat kiriman paket jam tangan mewah dari Italia. Tambah Pak Farhan sambil memperlihatkan isi paket yang baru saja diterimanya.

Saking sibuknya, sampai sampai dia lupa kawin, padahal banyak wanita yang ingin menikah dengannya, sebenarnya sih saya ingin sekali mengisi hari-hari tua ini diasuh sama dia, bermain bersama cucu. Tapi, yah….apa boleh buat, karena dia memang sangat sibuk dengan pekerjaannya…(yang lain pada terkagum-kagum)

Kalau saya,…(Ibu Dewi berusaha mengimbangi obrolan Pak Farhan)

Saya juga hanya punya anak perempuan satu-satunya, namanya Shanti. Sekarang dia kerja disebuah rumah sakit. Dia adalah dokter spesialis jantung. Makanya, kalau saya sakit dan berobat di sana selalu gratis. Anak saya itu sibuk sekali, setiap hari biasa operasi jantung pasien sampai tiga kali. Padahal setiap kali operasi itu biayanya sekitar sepuluh jutaan loh.

Hahhh…(yang lain terperanggah)

Makanya saya sangat bangga punya anak seperti dia, lanjut Ibu Dewi sambil tersenyum..(suasana pun hening sejenak)

Saya juga punya anak laki-laki satu, namanya Bayu…(Pak Toni pun bercerita karena tak ingin kalah)

Dia juga anak yang hebat, lihat foto ini (sambil memperlihatkan foto anaknya dengan latar belakang sebuah bangunan Mall).

Dia itu seorang arsitek besar, lihat tuh gambar Mall di belakangnya, betapa megah bukan? Kalau tidak ada dia, mana mungkin Mall itu akan berdiri megah seperti itu? Lanjut Pak Toni dengan bangga, “bahkan saking sibuknya, makanya dia jarang pulang kerumah..”

Oleh sebab itu saya dititipkan di Panti Jompo ini…(lalu Pak Toni meminum teh hangat dalam cangkirnya)

Bisa bikin Mall megah tapi kok tidak bisa bangunkan rumah buat bapaknya? Sahut Pak Farhan dan disambut senyuman oleh yang lain..

Mungkin karena memang benar-benar sibuk sehingga tidak sempat bangun rumah sendiri, sahut Pak Toni sambil tersenyum berusaha menjawab pertanyaan Pak Farhan…(Suasana kembali hening sejenak)

Trus anak Ibu Tina? Tanya Pak Farhan..

Ibu Tina belum menjawab, hanya tersenyum saja.

Apakah anak Bu Tina juga sehebat anak-anak kami? Tambah Pak Farhan berusaha bertanya mengenai anak Bu Tina.

Sambil tersenyum, Bu Tina pun menjawab, kok sama ya?

Saya juga cuma punya anak satu laki-laki namanya Dhimas, dia hanya bekerja sebagai pengantar kiriman paket di Kantor Pos. Dia sudah menikah dan punya istri yang baik, punya anak satu perempuan. Saya selalu kangen sama cucu saya, hampir setiap minggu mereka mengajak saya jalan-jalan untuk rekreasi.

Tak berapa lama sebuah mobil datang, seorang laki-laki, seorang perempuan dan seorang anak kecil keluar dari mobil itu. Mereka pun berjalan kearah Ibu Tina yang sedang ngobrol dengan teman-teman pantinya.

Lha itu anak saya, menantu dan cucu saya, jelas Bu Tina sambil beranjak dari duduknya dan berjalan kearah tamunya tadi.

Bu Tina pun kemudian memeluk cucunya karena kangen, “hari ini kita akan jalan-jalan kemana?” Tanya Bu Tina pada menantunya.

Tidak ibu, mulai hari ini kami akan membawa pulang ibu dan menjaga ibu di rumah saja, jelas menantunya. Kami sudah sepakat untuk merawat ibu di rumah saja, sehingga kita bisa terus bersama nantinya.

Iya ibu, biarpun saya sibuk, saya akan tetap berusaha menjaga ibu di rumah,..Dhimas berusaha menambahkan. Seolah tidak percaya, Bu Tina sampai meneteskan air mata sebagai ungkapan rasa bersyukurnya. Ya Allah, terimakasih Engkau telah memberi kami keluarga yang begitu sempurna…(bisik Bu Tina dalam doanya)

Kemudian mereka pun masuk kedalam mobil, Bu Tina melambaikan tangan kepada teman-temannya tadi sebagai ucapan selamat tinggal. Pak Farhan, Pak Toni dan Bu Dewi pun hanya bisa membalas lambaian tangan dan menatap kepergian Bu Tina dengan tatapan kosong.

terinspirasi “nilai kehidupan”

0 komentar:

Posting Komentar

jangan lupa kasih koment ya, buat referensi.......tq